MINERGI.COM – BASF dan Eramet pembatalan rencana investasi pemurnian nikel pada Proyek Sonic Bay di Maluku Utara.
Rencananya perusahaan tersebut akan investasi dalam proyek senilai 2,6 miliar dolar AS, pengembangan investasi.
Khususnya di sektor hilirisasi baterai kendaraan listrik masih sangat potensial di pasar domestik.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Jasa Siaran Pers Persriliscom Melayani Publikasi ke Lebih dari 150 Media Online Berbagai Segmentasi

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pihak Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memberikan penjelasan.
Pembatalan bisnis itu merupakan keputusan bisnis yang dilakukan oleh BASF dan Eramet.
Alasan Pembatalan Investssi BASF dan Eramet
Pembatalan berdasarkan pada perubahan kondisi pasar nikel, kususnya yang menjadi suplai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Baca Juga:
CSA Index Jadi Barometer Optimisme Pasar, Lonjakan Mei 2025 Cetak Rekor Terbaik Tahun Ini
Termasuk PT Adaro Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal, KESDM Wajibkan 7 Perusahaan Lakukan Hilirisasi
Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi, BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius
Sehingga, perusahaan ini memutuskan tidak ada lagi kebutuhan untuk melakukan investasi suplai material baterai kendaraan listrik.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan hal itu di Jakarta, Kamis (27/4/2024).
“Kami dari awal terus mengawal rencana investasi ini. Namun pada perjalanannya, perusahaan beralih fokus.”
“Sehingga pada akhirnya mengeluarkan keputusan bisnis membatalkan rencana investasi proyek Sonic Bay ini,” katanya.
Baca Juga:
Bangun Keercayaan Publik dan Jaga Stabilitas Poliitik Jadi Tantangan bagi Pemerintahan Prabowo
Kasus Dugaan Suap Izin Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Cirebon, KPK Panggil 2 Orang Saksi
Tak Pengaruhi Minat Investor untuk Investasi di Indonesia
Nurul Ichwan menyatakan pembatalan rencana investasi pemurnian nikel oleh BASF dan Eramet tidak berpengaruh terhadap investasi.
menurutnya beberapa proyek hilirisasi di tanah air sudah memasuki tahapan realisasi.
Seperti halnya smelter tembaga terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur yang resmi beroperasi mulai 27 Juni 2024.
Selanjutnya produksi massal baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia yang akan dilakukan oleh PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power.
Proyek berlokasi di Karawang, Jawa Barat pada Juli 2024, erta akan diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Hilirisasi Eekosistem Baterai Kedaraan Listrik Sangat Potensial
“Kami melihat hilirisasi untuk ekosistem baterai kendaraan listrik masih sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia.”
“Apalagi, baru-baru saja Indonesia mendapat peringkat 27 pada World Competitiveness Ranking (WCR) 2024. Top 3 terbaik di wilayah ASEAN,” kata dia.
Dirinya menjelaskan, kebijakan hilirisasi Indonesia masih memiliki daya tarik tinggi di mata para investor asing.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Harianinvestor.com dan Infobumn.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Fokussiber.com dan Hallonesia.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.