MINERGI.COM – Bank terbesar di Amerika Serikat, JPMorgan Chase, membukukan laba kuartal kedua (Q2) 2024 yang lebih baik dari perkiraan berkat keuntungan besar dari saham Visa.
Juga peningkatan biaya perbankan investasi, biaya manajemen aset, dan pendapatan bunga bersih.
JPMorgan Chase meraup pendapatan bersih sebesar 18,15 miliar dolar AS pada Q2 2024 atau meningkat 35 persen dari kuartal sebelumnya dan naik 25 persen dari periode yang sama tahun 2023.
JPMorgan Chase membukukan laba per saham (earnings per share/EPS) yang disesuaikan sebesar 4,26 dolar AS dan pendapatan sebesar 50,99 miliar dolar AS pada kuartal pertama tahun ini.
Baca Juga:
Kemendag Undang Distributor Bahas Kenaikan Harga Minyak Goreng Rakyat MinyaKita di Atas HET
Angka-angka ini lebih tinggi dari perkiraan para analis yang masing-masing sebesar 4,19 dolar AS per saham dan 49,87 miliar dolar AS, demikian dikutip Harianinvestor.com
Namun demikian, jika pendapatan satu kali (one-time income) terkait saham Visa dikecualikan, JPMorgan Chase akan mengalami penurunan pendapatan bersih pada kuartal tersebut.
JPMorgan Chase mencatatkan keuntungan bersih sebesar 7,9 miliar dolar AS dari konversi saham Visa yang dimilikinya.
Serta 1 miliar dolar AS dari donasi saham Visa untuk mendanai kontribusi awal ke yayasan JPMorgan pada Q2.
Baca Juga:
Prabowo Subianto Hadiri Pertemuan Pimpinan Negara G20 di Brasil, Disambut Hangat Presiden Brasil
Risiko Geopolitik dan Perlambatan Perekonomian Tiongkok Bayangi Pertumbuhan Ekonomi Global Saat Ini
Bisa Turunkan Harga Rumah untuk Masyarakat, Penghapusan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Secara khusus, JPMorgan Chase membukukan pendapatan bunga bersih sebesar 22,9 miliar dolar AS pada Q2, naik 4,5 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Saat Federal Reserve terus menahan diri untuk tidak menurunkan suku bunga acuan guna mengendalikan inflasi.
JPMorgan Chase mencatatkan biaya perbankan investasi sebesar 2,3 miliar dolar AS pada Q2, melonjak 50 persen (yoy).
Demikian, menurut rilis yang dikeluarkan oleh raksasa perbankan tersebut, Jumat (12/7/2024).
“Meskipun valuasi pasar dan selisih kredit tampak mencerminkan prospek ekonomi yang relatif baik.”
“Kami tetap waspada terhadap potensi risiko yang mungkin terjadi,” kata Jamie Dimon, yang menjabat chairman sekaligus CEO JPMorgan Chase.
Dimon memperingatkan tentang situasi geopolitik yang kompleks dan berbahaya serta adanya berbagai kekuatan inflasi.
Termasuk defisit fiskal yang besar, kebutuhan infrastruktur, restrukturisasi perdagangan, dan remiliterisasi di dunia..
Dimon menambahkan bahwa inflasi dan suku bunga mungkin akan tetap lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar.
Dan dampak penuh dari pengetatan kuantitatif dalam skala sebesar ini masih belum diketahui.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Bisnispost.com dan Mediaagri.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Saatini.com dan Hallobandung.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.